Kebudayaan Sunda merupakan
salah satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan
bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perlu dilestarikan.
Suku Sunda adalah suatu
suku etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa,
Indonesia, dari Ujung Kulon yang berada di ujung barat pulau Jawa sampai sebagian
Jawa Tengah. Suku bangsa yang ada di Indonesia terdapat di provinsi ini. 65% penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda yang merupakan penduduk asli provinsi ini. Suku lainnya adalah Suku Jawa yang banyak dijumpai di daerah bagian utara Jawa Barat.
Indonesia, dari Ujung Kulon yang berada di ujung barat pulau Jawa sampai sebagian
Jawa Tengah. Suku bangsa yang ada di Indonesia terdapat di provinsi ini. 65% penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda yang merupakan penduduk asli provinsi ini. Suku lainnya adalah Suku Jawa yang banyak dijumpai di daerah bagian utara Jawa Barat.
Sunda berasal dari kata Su
= Bagus/ Baik, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang Sunda
diyakini memiliki etos/ watak/ karakter Kasundaan sebagai jalan menuju
keutamaan hidup. Makna kata Sunda sangat luhur, yakni cahaya, cemerlang, putih,
atau bersih. Makna kata Sunda itu tidak hanya ditampilkan dalam penampilan,
tapi juga didalami dalam hati. Karena itu, orang Sunda yang 'nyunda' perlu
memiliki hati yang luhur pula. Itulah yang perlu dipahami bila mencintai,
sekaligus bangga terhadap budaya Sunda yang dimilikinya.
1.
Watak/Etos Budaya Sunda
Ada beberapa etos atau
watak dalam budaya Sunda tentang satu jalan menuju keutamaan hidup. Selain itu,
etos dan watak Sunda juga dapat menjadi bekal keselamatan dalam mengarungi
kehidupan di dunia ini. Etos dan watak Sunda itu ada lima, yakni cageur,
bageur, bener, singer, dan pinter yang sudah lahir sekitar jaman Salakanagara
dan Tarumanagara.
a. Cageur yakni harus sehat jasmani dan rohani, sehat
berpikir, sehat berpendapat, sehat lahir dan batin, sehat moral, sehat berbuat
dan bertindak, sehat berprasangka atau menjauhkan sifat suudzonisme.
b. Bageur yaitu baik hati, sayang kepada sesama,
banyak memberi pendapat dan kaidah moril terpuji ataupun materi, tidak pelit,
tidak emosional, baik hati, penolong dan ikhlas menjalankan serta mengamalkan,
bukan hanya dibaca atau diucapkan saja.
c. Bener yaitu tidak bohong, tidak asal-asalan dalam mengerjakan
tugas pekerjaan, amanah, lurus menjalankan agama, benar dalam memimpin,
berdagang, tidak memalsu atau mengurangi timbangan, dan tidak merusak alam.
d. Singer yaitu penuh mawas diri bukan was-was,
mengerti pada setiap tugas, mendahulukan orang lain sebelum pribadi, pandai menghargai
pendapat yang lain, penuh kasih sayang, tidak cepat marah jika dikritik tetapi
diresapi makna esensinya.
e. Pinter yaitu pandai ilmu dunia dan akhirat,
mengerti ilmu agama sampai ke dasarnya, luas jangkauan ilmu dunia dan akhirat
walau berbeda keyakinan, pandai menyesuaikan diri dengan sesama, pandai
mengemukakan dan membereskan masalah pelik dengan bijaksana, dan tidak merasa
pintar sendiri sambil menyudutkan orang lain.
2.
Kebudayaan Sunda
a.
Sistem Kepercayaan
Seperti kepercayaan budaya
lain di Indonesia, dalam budaya sunda juga berkembang dua buah kepercayaan,
yaitu animisme (kepercayaan pada roh) dan dinamisme (kepercayaan pada
benda-benda). Hal ini dapat terlihat dari kebiasaan masyarakat yang masih
banyak menyediakan sesajen atau memandidikan benda-benda bersejarah seperti
kris. Namun, ada dasarnya mereka menyembah satu tuhan, yaitu Allah SWT atau
sering di sebut Gusti anu Agung.
b.
Hubungan Sesama
Keramahan orang-orang
Indonesia sudah menjadi suatu hal yang tersebar keseluruh penjuru dunia. Hal
tersebut juga dianut oleh orang sunda yang diharuskan untuk selalu beramah
tamah terhadap orang lain, terutama sesame orang sunda itu sendiri.
Terkadang saat di jalan
pun, bila satu sama lain walau tidak saling mengenal bila salah satu berbahasa
sunda dan yang lain mengerti, biasanya hubungan akan semakin akrab secara
otomatis.
Hal lain dalam sunda adalah
salah satu motto orang sunda yaitu, “tuang teu tuang nu penting kumpul” yang
artinya “makan ga makan yang penting kumpul.” Hal ini menjadi salah satu bukti
besarnya kebersamaan dalam budaya sunda.
c.
Kesenian
Suku sunda adalah salah satu suku yang
memiliki berbagai kebudayaan daerah, diantaranya pakaian tradisional, kesenian
tradisional, bahasa daerah, dan lain sebagainya.
Diantara sekian banyak kebudayaan daerah yang dimiliki oleh suku sunda adalah sebagai berikut :
1.
Wayang Golek
Wayang Golek merupakan
kesenian tradisional dari Jawa Barat yaitu kesenian yang menapilkan dan
membawakan alur sebuah cerita yang bersejarah. Wayang Golek ini menampilkan golek
yaitu semacam boneka yang terbuat dari kayu yang memerankan tokoh tertentu
dalam cerita pawayangan serta dimainkan oleh seorang Dalang dan diiringi oleh
nyanyian serta iringan musik tradisional Jawa Barat yang disebut dengan degung.
Salah satu pemeran wayang golek sunda yang terkenal adalah si cepot.
2.
Pakaian Kebaya
Suku sunda mempunyai
pakaian adat/tradisional yang sangat terkenal, yaitu kebaya. Kebaya merupakan
pakaian khas Jawa Barat yang sangat terkenal, sehingga kini kebaya bukan hanya
menjadi pakaian khas sunda saja tetapi sudah menjadi pakaian adat nasional. Itu
merupakan suatu bukti bahwa kebudayaan daerah merupakan bagian dari kebudayaan
nasional.
3.
Tari Jaipong
Jaipong merupakan tarian
tradisional dari Jawa Barat, yang biasanya menampilkan penari dengan
menggunakan pakaian khas Jawa Barat yang disebut kebaya, serta diiringi musik
tradisional Jawa Bart yang disebut Musik Jaipong.
Jaipong ini biasanya dimainkan oleh satu orang atau sekelompok penari yang menarikan berakan – gerakan khas tari jaipong.
Jaipong ini biasanya dimainkan oleh satu orang atau sekelompok penari yang menarikan berakan – gerakan khas tari jaipong.
4.
Angklung
Anklung adalah alat music
asal sunda yang terkenal hingga mancanegara. Angklung terbuat dari bamboo. Cara
memainkan alat ini cukup dengan menggoyangkannya.
5.
Silat
Pencak silat merupakan kesenian yang berasal
dari daerah Jawa Barat, yang kini sudah menjadi kesenian Nasional.
Pada awalnya pencak Silat ini merupakan
tarian yang menggunakan gerakan tertentu yang gerakannya itu mirip dengan
gerakan bela diri. Pada umumnya pencak silat ini dibawakan oleh dua orang atau
lebih, dengan memakai pakaian yang serba hitam, menggunakan ikat pinggang dari
bahan kain yang diikatkan dipinggang, serta memakai ikat kepala dari bahan kain
yang orang sunda menyebutnya Iket.
Pada umumnya kesenian pencaksilat ini
ditampilkan dengan diiringi oleh musik yang disebut gendang penca, yaitu musik
pengiring yang alat musiknya menggunakan gendang dan terompet.
6.
Kuda Lumping
Kuda Lumping merupakan
kesenian yang beda dari yang lain, karena dimainkan dengan cara mengundang roh
halus sehingga orang yang akan memainkannya seperti kesurupan. Kesenian ini
dimainkan dengan cara orang yang sudah kesurupan itu menunggangi kayu yang
dibentuk seperti kuda serta diringi dengan tabuhan gendang dan terompet.
Keanehan kesenian ini adalah orang yang memerankannya akan mampu memakan kaca
serta rumput. Selain itu orang yang memerankannya akan dicambuk seperti halnya
menyambuk kuda. Biasanya kesenian ini dipimpin oleh seorang pawang.
Kesenian ini merupakan kesenian yang dalam memainkannya membutuhkan keahlian yang sangat husus, karena merupakan kesenian yang cukup berbahaya.
Kesenian ini merupakan kesenian yang dalam memainkannya membutuhkan keahlian yang sangat husus, karena merupakan kesenian yang cukup berbahaya.
d. Upacara Adat
1.
Upacara Adat Pernikahan
a.
Upacara sebelum akad nikah
pada upacara ini biasanya
dilaksanakan adat :
1.
Neundeun Omong : yaitu kunjungan orang
tua jejaka kepada orang tua si gadis untuk bersilaturahmi dan menyimpan pesan
bahwa kelak anak gadisnya akan dilamar.
2.
Ngalamar : nanyaan atau nyeureuhan yaitu kunjungan orang tua
jejaka untuk meminang/melamar si gadis, dalam kunjungan tersebut dibahas pula
mengenai rencana waktu penikahannya. Sebagai acara penutup dalam ngalamar ini
si pelamar memberikan uang sekedarnya kepada orang tua si gadis sebagai
panyangcang atau pengikat, kadang-kadang dilengkapi pula dengan sirih pinang selengkapnya
disertai kue-kue & buah-buahan. Mulai saat itu si gadis telah terikat dan
disebut orang bertunangan.
3.
Seserahan: yaitu menyerahkan si jejaka calon pengantin pria kepada
calon mertuanya untuk dikawinkan kepada si gadis. Pada acara ini biasa dihadiri
oleh para kerabat terdekat, di samping menyerahkan calon pengantin pria juga
barang-barang berupa uang, pakaian, perhiasan, kosmetik dan perlengkapan
wanita, dalam hal ini tergantung pula pada kemampuan pihak calon pengantin
pria. Upacara ini dilakukan 1 atau 2 hari sebelum hari perkawinan atau adapula
yang melaksanakan pada hari perkawinan sebelum akad nikah dimulai.
4.
Ngeuyeuk
Seureuh: artinya mengerjakan dan mengatur sirih serta
mengait-ngaitkannya. Upacara ini dilakukan sehari sebelum hari perkawinan, yang
menghadiri upacara ini adalah kedua calon pengantin, orang tua calon pengantin
dan para undangan yang telah dewasa. Upacara dipimpin oleh seorang pengetua,
benda perlengkapan untuk upacara ini seperti sirih beranting, setandan buah
pinang, mayang pinang, tembakau, kasang jinem/kain, elekan, dll semuanya
mengandung makna/perlambang dalam kehidupan berumah tangga. Upacara ngeuyeuk
seureuh dimaksudkan untuk menasihati kedua calon mempelai tentang pandangan
hidup dan cara menjalankan kehidupan berumah tangga berdasarkan etika dan
agama, agar bahagia dan selamat. Upacara pokok dalam adat perkawinan adalah
ijab kabul atau akad nikah.
b.
Upacara Adat Akad Nikah
Upacara perkawinan dapat
dilaksanakan apabila telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dalam
agama Islam dan adat. Ketentuan tersebut adalah: adanya keinginan dari kedua
calon mempelai tanpa paksaan, harus ada wali nikah yaitu ayah calon mempelai
perempuan atau wakilnya yang sah, ada ijab kabul, ada saksi dan ada mas kawin.
Yang memimpin pelaksanaan akad nikah adalah seorang Penghulu atau Naib, yaitu
pejabat Kantor Urusan Agama.
Upacara akad nikah biasa dilaksanakan di Mesjid atau di rumah mempelai wanita. Adapun pelaksanaannya adalah kedua mempelai duduk bersanding diapit oleh orang tua kedua mempelai, mereka duduk berhadapan dengan penghulu yang di kanan kirinya didampingi oleh 2 orang saksi dan para undangan duduk berkeliling. Yang mengawinkan harus wali dari mempelai perempuan atau mewakilkan kepada penghulu. Kalimat menikahkan dari penghulu disebut ijab, sedang sambutan dari mempelai pria disebut qobul (kabul). Setelah dilakukan ijab-qobul dengan baik selanjutnya mempelai pria membacakan talek, yang bermakna ‘janji’ dan menandatangani surat nikah. Upacara diakhiri dengan penyerahan mas kawin dari mempelai pria kepada mempelai wanita
Upacara akad nikah biasa dilaksanakan di Mesjid atau di rumah mempelai wanita. Adapun pelaksanaannya adalah kedua mempelai duduk bersanding diapit oleh orang tua kedua mempelai, mereka duduk berhadapan dengan penghulu yang di kanan kirinya didampingi oleh 2 orang saksi dan para undangan duduk berkeliling. Yang mengawinkan harus wali dari mempelai perempuan atau mewakilkan kepada penghulu. Kalimat menikahkan dari penghulu disebut ijab, sedang sambutan dari mempelai pria disebut qobul (kabul). Setelah dilakukan ijab-qobul dengan baik selanjutnya mempelai pria membacakan talek, yang bermakna ‘janji’ dan menandatangani surat nikah. Upacara diakhiri dengan penyerahan mas kawin dari mempelai pria kepada mempelai wanita
c.
Upacara Adat Sesudah Akad Nikah
1.
Munjungan/sungkeman : yaitu kedua mempelai
sungkem kepada kedua orang tua mempelai untuk memohon do’a restu.
2.
Upacara
Sawer (Nyawer) : perlengkapan yang diperlukan adalah sebuah bokor yang
berisi beras kuning, uang kecil (receh) /logam, bunga, dua buah tektek (lipatan
sirih yang berisi ramuan untuk menyirih), dan permen. Pada pelaksanaannya kedua
mempelai duduk di halaman rumah di bawah cucuran atap (panyaweran), upacara
dipimpin oleh juru sawer. Juru sawer menaburkan isi bokor tadi kepada kedua
pengantin dan para undangan sebagai selingan dari syair yang dinyanyikan
olehnya sendiri. Adapun makna dari upacara nyawer tersurat dalam syair yang
ditembangkan juru sawer, intinya adalah memberikan nasehat kepada kedua
mempelai agar saling mengasihani, dan mendo’akan agar kedua mempelai
mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan dalam membina rumah tangganya, hidup
rukun sampai diakhir hayatnya.
3.
Upacara
Nincak Endog :
atau upacara injak telur yaitu setelah upacara nyawer kedua mempelai mendekati
tangga rumah , di sana telah tersedia perlengkapan seperti sebuah ajug/lilin,
seikat harupat (sagar enau) berisikan 7 batang, sebuah tunjangan atau barera
(alat tenun tradisional) yang diikat kain tenun poleng, sebuah elekan, sebutir
telur ayam mentah, sebuah kendi berisi air, dan batu pipisan, semua
perlengkapan ini mempunyai perlambang. Dalam pelaksanaannya lilin dinyalakan,
mempelai wanita membakar ujung harupat selanjutnya dibuang, lalu mempelai pria
menginjak telur, setelah itu kakinya ditaruh di atas batu pipisan untuk dibasuh
air kendi oleh mempelai wanita dan kendinya langsung dihempaskan ke tanah
hingga hancur. Makna dari upacara ini adalah menggambarkan pengabdian seorang
istri kepada suaminya.
4.
Upacara
Buka Pintu :
upacara ini dilaksanakan setelah upacara nincak endog, mempelai wanita masuk ke
dalam rumah sedangkan mempelai pria menunggu di luar, hal ini menunjukan bahwa
mempelai wanita belum mau membukakan pintu sebelum mempelai pria kedengaran
mengucapkan sahadat. Maksud upacara ini untuk meyakinkan kebenarannya beragama
Islam. Setelah membacakan sahadat pintu dibuka dan mempelai pria dipersilakan
masuk. Tanya jawab antara keduanya dilakukan dengan nyanyian (tembang) yang
dilakukan oleh juru tembang.
5.
Upacara
Huap Lingkung :
Kedua mempelai duduk bersanding, yang wanita di sebelah kiri pria, di depan
mempelai telah tersedia adep-adep yaitu nasi kuning dan bakakak ayam (panggang
ayam yang bagian dadanya dibelah dua). Mula-mula bakakak ayam dipegang kedua
mempelai lalu saling tarik menarik hingga menjadi dua. Siapa yang mendapatkan
bagian terbesar dialah yang akan memperoleh rejeki besar diantara keduanya.
Setelah itu kedua mempelai huap lingkung , saling menyuapi. Upacara ini
dimaksudkan agar kedua mempelai harus saling memberi tanpa batas, dengan tulus
dan ikhlas sepenuh hati.
Sehabis upacara huap lingkung kedua mempelai dipersilakan duduk di pelaminan diapit oleh kedua orang tua mempelai untuk menerima ucapan selamat dari para undangan (acara resepsi).
Sehabis upacara huap lingkung kedua mempelai dipersilakan duduk di pelaminan diapit oleh kedua orang tua mempelai untuk menerima ucapan selamat dari para undangan (acara resepsi).
2.
Upacara Adat Sedekah Bumi
Upacara ini dilaksanakan
sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil bumi yang diterima oleh masyarakat
berhasil baik. Upacara tradisi seperti ini terdapat di Cirebon, pelaksanaan
upacara ini di Makam Sunan Gunung Jati yang dipimpin oleh Ki Penghulu. Setelah upacara
ini selesai, biasanya di Alun-alun diselenggarakan berbagai kesenian, sebagai
acara puncaknya pergelaran Wayang Orang.
3.
Upacara Masa Kanak-kanak
a.
Upacara
Gusaran
Gusaran adalah meratakan gigi anak perempuan dengan alat khusus. Maksud upacara Gusaran ialah agar gigi anak perempuan itu rata dan terutama agar nampak bertambah cantik. Upacara Gusaran dilaksanakan apabila anak perempuan sudah berusia tujuh tahun. Jalannya upacara, anak perempuan setelah didandani duduk di antara para undangan, selanjutnya membacakan doa dan solawat kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian Indung beurang melaksanakan gusaran terhadap anak perempuan itu, setelah selesai lalu dibawa ke tangga rumah untuk disawer (dinasihati melalui syair lagu). Selesai disawer, kemudian dilanjutkan dengan makan-makan. Biasanya dalam upacara Gusaran juga dilaksanakan tindikan, yaitu melubangi daun telinga untuk memasang anting-anting, agar kelihatannya lebih cantik lagi.
Gusaran adalah meratakan gigi anak perempuan dengan alat khusus. Maksud upacara Gusaran ialah agar gigi anak perempuan itu rata dan terutama agar nampak bertambah cantik. Upacara Gusaran dilaksanakan apabila anak perempuan sudah berusia tujuh tahun. Jalannya upacara, anak perempuan setelah didandani duduk di antara para undangan, selanjutnya membacakan doa dan solawat kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian Indung beurang melaksanakan gusaran terhadap anak perempuan itu, setelah selesai lalu dibawa ke tangga rumah untuk disawer (dinasihati melalui syair lagu). Selesai disawer, kemudian dilanjutkan dengan makan-makan. Biasanya dalam upacara Gusaran juga dilaksanakan tindikan, yaitu melubangi daun telinga untuk memasang anting-anting, agar kelihatannya lebih cantik lagi.
b.
Upacara
Sepitan/Sunatan
Upacara sunatan/khitanan dilakukan dengan maksud agar alat vitalnya bersih dari najis . Anak yang telah menjalani upacara sunatan dianggap telah melaksanakan salah satu syarat utama sebagai umat Islam. Upacara Sepitan anak perempuan diselenggarakan pada waktu anak itu masih kecil atau masih bayi, supaya tidak malu. Upacara sunatan diselenggarakan biasanya jika anak laki-laki menginjak usia 6 tahun. Dalam upacara sunatan selain paraji sunat, juga diundang para tetangga, handai tolan dan kerabat..
Pada pelaksanaannya pagi-pagi sekali anak yang akan disunat dimandikan atau direndam di kolam sampai menggigil (kini hal semacam itu jarang dilakukan lagi berhubung teknologi kesehatan sudah berkembang), kemudian dipangku dibawa ke halaman rumah untuk disunat oleh paraji sunat (bengkong), banyak orang yang menyaksikan diantaranya ada yang memegang ayam jantan untuk disembelih, ada yang memegang petasan dan macam-macam tetabuhan sambil menyanyikan marhaba. Bersamaan dengan anak itu disunati, ayam jantan disembelih sebagai bela, petasan disulut, dan tetabuhan dibunyikan . Kemudian anak yang telah disunat dibawa ke dalam rumah untuk diobati oleh paraji sunat. Tidak lama setelah itu para undangan pun berdatangan, baik yang dekat maupun yang jauh. Mereka memberikan uang/ nyecep kepada anak yang disunat itu agar bergembira dan dapat melupakan rasa sakitnya. Pada acara ini adapula yang menyelenggarakan hiburan seperti wayang golek, sisingaan atau aneka tarian.
Upacara sunatan/khitanan dilakukan dengan maksud agar alat vitalnya bersih dari najis . Anak yang telah menjalani upacara sunatan dianggap telah melaksanakan salah satu syarat utama sebagai umat Islam. Upacara Sepitan anak perempuan diselenggarakan pada waktu anak itu masih kecil atau masih bayi, supaya tidak malu. Upacara sunatan diselenggarakan biasanya jika anak laki-laki menginjak usia 6 tahun. Dalam upacara sunatan selain paraji sunat, juga diundang para tetangga, handai tolan dan kerabat..
Pada pelaksanaannya pagi-pagi sekali anak yang akan disunat dimandikan atau direndam di kolam sampai menggigil (kini hal semacam itu jarang dilakukan lagi berhubung teknologi kesehatan sudah berkembang), kemudian dipangku dibawa ke halaman rumah untuk disunat oleh paraji sunat (bengkong), banyak orang yang menyaksikan diantaranya ada yang memegang ayam jantan untuk disembelih, ada yang memegang petasan dan macam-macam tetabuhan sambil menyanyikan marhaba. Bersamaan dengan anak itu disunati, ayam jantan disembelih sebagai bela, petasan disulut, dan tetabuhan dibunyikan . Kemudian anak yang telah disunat dibawa ke dalam rumah untuk diobati oleh paraji sunat. Tidak lama setelah itu para undangan pun berdatangan, baik yang dekat maupun yang jauh. Mereka memberikan uang/ nyecep kepada anak yang disunat itu agar bergembira dan dapat melupakan rasa sakitnya. Pada acara ini adapula yang menyelenggarakan hiburan seperti wayang golek, sisingaan atau aneka tarian.
Sumber :