Budaya adalah kebiasaan dalam
kehidupan di masyarakat yang telah
dianut dan berkembang global. Di era ini, perkembangan teknologi yang
menyebabkan masuknya berbagai kebudayaan luar sebagai efek dari adanya
globalisasi secara menyeluruh. Pertukaran budaya ini memang bagus, karena
masyarakat bisa memanfaatkannya sebagai sarana untuk memperkenalkan budaya
mereka masing-masing.
Namun, dibalik semua ini,
berkembanglah budaya yang agak condong ke arah negative, yaitu lebih bangganya
masyarakat terhadap budaya asing. Budaya asing yang masuk baik itu yang berasal
dari daerah barat atau timur, telah membuat pudarnya budaya Indonesia itu
sendiri, terutama budaya dikalangan remaja.
Hal ini menyebabkan masyarakat
lebih bangga bila menggunakan budaya luar ketimbang budaya Indonesia.
Pertukaran rasa bangga ini sendiri terjadi dibeberapa aspek kehidupan. Seperti
:
1.
Pendidikan
Pendidikan di Indonesia tidak buruk, hanya sedikit
amburadul. Itupun terjadi setelah masa reformasi. Bila zaman dahulu orang luar
negeri seperti Malaysia datang ke Indonesia untuk bersekolah, mengapa sekarang
terbalik ?
Rasa bangga akan pendidikan luar negeri menjadi salah
satu faktor yang membuat hilangnya kebaikan dari pendidikan di Indonesia.
Tapi tahukah anda di Indonesia ada sebuah instansi
pendidikan yang sering disebut pesantren yang menjadi panutan di luar negeri ?
Sistem pesantren yang dimulai pada zaman dahulu
sekarang dipakai di berbagai universitas di Amerika, yaitu mencari pendidik
baru di luar instansi tersebut. Dalam dunia pesantren biasanya seorang santri
diperintahkan untuk pergi mencari guru lain diluar instansi asalnya. Dan
sekarang, hal ini dijadikan metode pmebelajaran utama di dunia barat.
Jadi, apakah kita akan tetap menjadi penganut dari pengikut sistem kita
sendiri ?
2.
Gaya Bahasa
Bahasa yang berkembang sekarang ini, terbagi menjadi
dua, bukan bahasa daerah dan bahasa Indonesia, melainkan bahasa ‘gaul’ dan
bahasa ‘alay/kampungan’. Entah dari mana munculnya pengkategorian ini, namun
sekarang ini lah yang berkembang. Sebenarnya bila kita teliti lagi, bahasa –
bahasa tersebut memiliki rumus :
{ (B.Indonesia + b.Inggris + b.remaja) - B.daerah}
Oleh karena itulah, bahasa – bahasa ini membuat bahasa
Indonesia dan bahasa daerah asli menjadi terkesan kampungan dan tidak pantas
digunakan. Hal ini membuat kedua bahasa ibu kita semakin tersingkir oleh
rangkaian bahasa baru di Negara ini.
3.
Style Pakaian
Bila kita tengok kebelakang dan perhatikan ke depan,
maka akan terlihat sekali perbedaan dari segi berpakaian di Negara ini. Pakaian
yang sudah tidak layak pakai berubah menjadi tren mode masa kini. Pakaian adat
yang dulu dipakai oleh orang – orang kelas atas seperti kebaya, sekarang
mungkin hanya dipakai oleh para orang tua lanjut usia.
Lalu bagaimana dengan remaja ? tentu saja dunia barat
menjadi panutannya. Lalu bagaimana dengan remaja yang tidak menyukai barat ?
maka dunia timur Jepang dan Korea menjadi pilihannya.
Pakaian mini seksi yang dianggap melewati batas nilai
dan norma pun menjadi kebanggaan kami sebagai kaum remaja, dan anehnya kaum
dewasa mengikutinya.
4.
Budaya Kesenian
Kata “kesenian”, tentu saja yang tergambar adalah musik
dan tarian. Bukan satu atau dua tarian dan music daerah di Indonesia, bahkan
ada ribuan, tapi apakah semua orang mengetahuinya. Berkembangnya kebudayaan
luar yang dianggap lebih keren, asik, terkenal membuat budaya kita tersisih.
Boyband dan Girlband yang merajalela membuat tarian daerah
menghilang dan terlihat memalukan. Musik – musik yang keras dengan suara tidak
karuan dinilai lebih merdu dari sebuah senandung sinden. Perubahan penglihatan
dan pendengaran masyarakat telah berubah seiring berjalannya waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar