Minggu, 06 Oktober 2013

Budaya Pendidikan Rumit dan Instan Indonesia


Kata “Pendidikan” mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia. Pentingnya suatu pendidikanpun hampir seluruh elemen masyarakat mengetahuinya. Namun, tidak sedikit dari mereka yang tidak menjalankan sistem pendidikan itu sendiri. Hal ini muncul karena dorongan beberapa faktor yang sudah membudaya di masyarakat.      
                Faktor-faktor yang berasal dari budaya masyarakat itu sendiri biasanya bersifat menyimpang, namun ada pula yang disebabkan karena kesalahan orang lain. Faktor- faktor tersebut adalah :
1.       Kesalahpahaman masyarakat atas kata “pengalaman lebih baik dari pendidikan.” Kata-kata tersebut adalah benar. Namun, bukan sedikit masyarakat yang berubah pola pikirnya ketika mendengar kata-kata tersebut. Mereka beranggapan bahwa pengalaman yang terjadi sehari-hari dalam kehidupan seseorang sudah cukup menjadi bekal hidup untuknya. Padahal, maksud dari pendidikan itu pun sama, memberi pengalaman lebih kepada seseorang secara lebih terarah dan teratur, sebuah pendidikan juga bisa menjadi penahan  dan pembatas seseorang dalam berbuat sesuatu. Oleh karena itu, harus diluruskan, bahwa pendidikan adalah pengalaman yang lebih baik dan lebih terarah dalam hidup seseorang.
2.       Ketidak percayaan masyarakat kepada orang yang berpendidikan. Sudah bukan hal tabu bila kita melihat seorang sarjana menjadi pengangguran. Dalam suatu waktu, ketika saya menggunakan jasa tukang ojeg, diperjalanan beliau bertanya kepada saya, “kuliah de?”  dan saya menjawab “iya”, lalu beliau berkata “untuk apa ? saya saja seorang sarjana dibidang pendidikan, ujung-ujungnya jadi tukang ojeg.” Sempat terdiam, ingin menjawab namun sulit untuk menjelaskan. Ini adalah gambaran kecil mengenai buruknya pendidikan Indonesia dalam mencetak penerusnya. Hal ini pula yang membuat masyarakat menjadi kehilangan kepercayaan pada pendidikan Indonesia, tapi bukan sedikit pula sarjana sukses. Itu lah perbedaannya sarjana sukses berilmu seperti padi merunduk dan diam, tidak seperti orang gagal yang terus berkoar-koar.
3.       Tekanan ekonomi yang tidak memungkinkan seseorang untuk bersekolah. Biaya pendidikan di Indonesia memang tidak murah, namun sifat pasrah dan kurangnya usaha masyarakat membuat masalah ekonomi selalu dijadikan alasan. Masalah biaya pendidikan ini juga malah dijadikan gengsi oleh orang-orang. Semakin mahal sekolah, maka semakin keren pula sekolah tersebut. Oleh karenanya banyak sekali terjadi penindasan-penindasan pada sekolah yang dianggap rendah karena biaya yang murah, sehingga banyak orang yang lebih memilih tidak bersekolah disbanding harus sekolah di instansi yang dianggap rendah.        
4.       Buruknya pemerataan pendidikan. Standarisasi pemerintah mengenai pendidikan di Indonesia ini memang masih terbilang sangat buruk. Di kota-kota besar, sekolah memiliki fasilitas yang hebat, itu semua berbanding terbalik dengan sekolah-sekolah yang ada di pedalaman. Padahal hak mereka untuk mendapatkan pendidikan adalah sama. Hal ini mendorong adanya perbedaan status social antara orang kota dan pedalaman.   
5.       Kuatnya adat istiadat di suatu daerah. Bila kita telusuri lagi, luasnya wilayah Indonesia dan bermacam-macamnya adat istiadat menjadi salah satu kendala untuk lancarnya suatu proses pendidikan. Kita ambil contoh suku Badui Pedalaman, jangankan untuk melakukan proses belajar mengajar, untuk berinteraksi dengan orang luar saja mereka sudah tidak mau. Itu lah mengapa kuatnya adat istiadat yang dipegang sangat mempengaruhi proses pendidikan.
Semua faktor – faktor tersebut tidak terlepas dari kesalahan-kesalahan pada proses pembelajaran. Ketidak beresan dalam pembelajaran seperti :
1.       Kurangnya kita dalam proses pembelajaran
2.       Kita lebih bangga dengan style dan gengsi dari pada skill
3.       Kita selalu tidak mau mengakui kelemahan dan kekurangan kita
Itu semua makin memperburuk citra pendidikan Indonesia, karena mereka akan menghasilkan tunas-tunas bangsa yang tidak bisa dibanggakan. Conoth ketidakberesan dari pendidikan Indonesia yang sering kita dengar adalah “jalan pintas” yang artinya tanpa perlu bersaing kita sudah bisa memang, senjata yang kita perlukan hanya benda yang disebut uang dan sistem nepotisme yang cerdas.  Bukan hanya itu, dalam era modern seperti sekarang, hal tersebut tidak dianggap sebagai hal yang memalukan,tapi malah membanggakan karena kita dapat menunjukan status social di masyarakat.

Semua hal tersebut menjadikan pendidikan di Indonesia menjadi sangat rumit, sangat sulit dan sangat mengecewakan. Namun, bagi orang-orang yang bisa  memanfaatkan “kelebihan” mereka, pendidikan pun bisa menjadi sangat instan dan mudah.
Semua kerusakan dan kejelekan dunia pendidikan sebenarnya dapat dirubah dengan mudah, asalkan semua pihak dapat mengerti dan memahami. Kesulitan terbesar adalah ketika kita bertanya “bagaimana”, karena sosialisasi pentingnya pendidikan tidak berfungsi karena masyarakatpun mengetahuinya namun tidak menjalankannya.              

Sumber :
http://IbnuHasanhasibuan.wordpress.com/budaya-pendidikan-di-negara-kita/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar