Kata “Pendidikan” mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga
masyarakat Indonesia. Pentingnya suatu pendidikanpun hampir seluruh elemen
masyarakat mengetahuinya. Namun, tidak sedikit dari mereka yang tidak
menjalankan sistem pendidikan itu sendiri. Hal ini muncul karena dorongan
beberapa faktor yang sudah membudaya di masyarakat.
Faktor-faktor
yang berasal dari budaya masyarakat itu sendiri biasanya bersifat menyimpang,
namun ada pula yang disebabkan karena kesalahan orang lain. Faktor- faktor
tersebut adalah :
1.
Kesalahpahaman masyarakat atas kata “pengalaman
lebih baik dari pendidikan.” Kata-kata tersebut adalah benar. Namun, bukan
sedikit masyarakat yang berubah pola pikirnya ketika mendengar kata-kata
tersebut. Mereka beranggapan bahwa pengalaman yang terjadi sehari-hari dalam
kehidupan seseorang sudah cukup menjadi bekal hidup untuknya. Padahal, maksud
dari pendidikan itu pun sama, memberi pengalaman lebih kepada seseorang secara
lebih terarah dan teratur, sebuah pendidikan juga bisa menjadi penahan dan pembatas seseorang dalam berbuat sesuatu.
Oleh karena itu, harus diluruskan, bahwa pendidikan adalah pengalaman yang
lebih baik dan lebih terarah dalam hidup seseorang.
2.
Ketidak percayaan masyarakat kepada orang yang
berpendidikan. Sudah bukan hal tabu bila kita melihat seorang sarjana menjadi
pengangguran. Dalam suatu waktu, ketika saya menggunakan jasa tukang ojeg,
diperjalanan beliau bertanya kepada saya, “kuliah de?” dan saya menjawab “iya”, lalu beliau berkata
“untuk apa ? saya saja seorang sarjana dibidang pendidikan, ujung-ujungnya jadi
tukang ojeg.” Sempat terdiam, ingin menjawab namun sulit untuk menjelaskan. Ini
adalah gambaran kecil mengenai buruknya pendidikan Indonesia dalam mencetak
penerusnya. Hal ini pula yang membuat masyarakat menjadi kehilangan kepercayaan
pada pendidikan Indonesia, tapi bukan sedikit pula sarjana sukses. Itu lah
perbedaannya sarjana sukses berilmu seperti padi merunduk dan diam, tidak
seperti orang gagal yang terus berkoar-koar.
3.
Tekanan ekonomi yang tidak memungkinkan
seseorang untuk bersekolah. Biaya pendidikan di Indonesia memang tidak murah,
namun sifat pasrah dan kurangnya usaha masyarakat membuat masalah ekonomi
selalu dijadikan alasan. Masalah biaya pendidikan ini juga malah dijadikan
gengsi oleh orang-orang. Semakin mahal sekolah, maka semakin keren pula sekolah
tersebut. Oleh karenanya banyak sekali terjadi penindasan-penindasan pada
sekolah yang dianggap rendah karena biaya yang murah, sehingga banyak orang
yang lebih memilih tidak bersekolah disbanding harus sekolah di instansi yang
dianggap rendah.
4.
Buruknya pemerataan pendidikan. Standarisasi
pemerintah mengenai pendidikan di Indonesia ini memang masih terbilang sangat
buruk. Di kota-kota besar, sekolah memiliki fasilitas yang hebat, itu semua
berbanding terbalik dengan sekolah-sekolah yang ada di pedalaman. Padahal hak
mereka untuk mendapatkan pendidikan adalah sama. Hal ini mendorong adanya
perbedaan status social antara orang kota dan pedalaman.
5.
Kuatnya adat istiadat di suatu daerah. Bila kita
telusuri lagi, luasnya wilayah Indonesia dan bermacam-macamnya adat istiadat
menjadi salah satu kendala untuk lancarnya suatu proses pendidikan. Kita ambil
contoh suku Badui Pedalaman, jangankan untuk melakukan proses belajar mengajar,
untuk berinteraksi dengan orang luar saja mereka sudah tidak mau. Itu lah
mengapa kuatnya adat istiadat yang dipegang sangat mempengaruhi proses
pendidikan.
Semua faktor – faktor tersebut tidak terlepas dari kesalahan-kesalahan
pada proses pembelajaran. Ketidak beresan dalam pembelajaran seperti :
1.
Kurangnya kita dalam proses pembelajaran
2.
Kita lebih bangga dengan style dan gengsi dari
pada skill
3.
Kita selalu tidak mau mengakui kelemahan dan
kekurangan kita
Itu semua makin memperburuk citra
pendidikan Indonesia, karena mereka akan menghasilkan tunas-tunas bangsa yang
tidak bisa dibanggakan. Conoth ketidakberesan dari pendidikan Indonesia yang
sering kita dengar adalah “jalan pintas” yang artinya tanpa perlu bersaing kita
sudah bisa memang, senjata yang kita perlukan hanya benda yang disebut uang dan
sistem nepotisme yang cerdas. Bukan
hanya itu, dalam era modern seperti sekarang, hal tersebut tidak dianggap
sebagai hal yang memalukan,tapi malah membanggakan karena kita dapat menunjukan
status social di masyarakat.
Semua hal tersebut
menjadikan pendidikan di Indonesia menjadi sangat rumit, sangat sulit dan
sangat mengecewakan. Namun, bagi orang-orang yang bisa memanfaatkan “kelebihan” mereka, pendidikan
pun bisa menjadi sangat instan dan mudah.
Semua kerusakan
dan kejelekan dunia pendidikan sebenarnya dapat dirubah dengan mudah, asalkan
semua pihak dapat mengerti dan memahami. Kesulitan terbesar adalah ketika kita
bertanya “bagaimana”, karena sosialisasi pentingnya pendidikan tidak berfungsi
karena masyarakatpun mengetahuinya namun tidak menjalankannya.
Sumber :
http://IbnuHasanhasibuan.wordpress.com/budaya-pendidikan-di-negara-kita/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar